Hai   orang-orang  yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada ALLAH,pasti Dia akan memberimu furqan suatu petunjuk  merupakan pelita hati yang dapat membedakan antara yang salah dan yang benar antara  yang terang dan yang gelap dan sebagainya,akan menghapus segala kesalahanmu dan   mengampunimu.Allah mempunyai karunia yang amat besar.
(Al-Anfaal ayat 29)

        Inilah masalah klasik yang hampir tidak usai hingga kini.Bagaimana komunikasi ikhwa akhwat  berjalan baik dengan tetap menjaga  hijab  hingga tidak menjerumus ke arah maksiat. Ketika ikhwa akhwat bertemu dalam  wajiha yang sama  maka ini lah yang sering membuat  komunikasi yang intens,antara ketua dengan kadep ,kadep dengan anggota nya dan seterusnya.Dalam sebuah organisasi  komunikasi antar pengurus sangat penting  untuk terus  berjalan nya roda organisasi.Tapi organisasi yang saya maksud bukan lah organisasi umum  tapi organisasi (Wajiha)  Dakwah  yang memiliki batasan-batasan interaksi  walau kita selalu terkadang berdalih dengan kata ‘Ukhwah”.
        Berkembangnya   teknologi belakangan ini membuat banyak bermunculan alat komunikasi yang  ikhwa akhwat  juga mempergunakan nya Sarana media  untuk saat ini sangat efektif dalam laju  perkembangan dakwah.Oleh sebab itu kader dakwah  harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini.
        Beberapa kampus yang pernah saya kunjungi  dan berinteraksi dengan kader-kader nya  relative  memiliki gaya komunikasi  yang berbeda. Ada  yang  masih  memegang  teguh batasan-batasan antara ikhwa akhwat tapi ada juga yang sudah mulai berbaur .Semua tergantung  kebutuhan dan budaya  masing-masing kampus.Ikhwa akhwat memang selalu berkomunikasi  baik dalam syuro  atau kepanitian untuk menyukseskan agenda dakwah.
         Komunikasi yang berlebihan antara ikhwan-akhwat kadang memicu terjadinya perubahan perasaan terhadap lawan komunikasinya. Apalagi jika komunikasi yang berlebihan itu dilakukan intens terhadap orang tertentu. Bukan hanya komunikasi secara langsung, komunikasi lewat sms, facebook atau media yang lain pun bisa mempengaruhi perasaan orang terhadap lawan komunikasinya.  Kebanyakan ikhwan-akhwat justru malah sering berkomunikasi lewat sms atau media komunikasi, sebab dalam komunikasi langsung biasanya dibatasi oleh hijab.
         Jika yang dikomunikasikan adalah seputar tugas atau berkenaan dengan amanahnya dan tidak berlebihan serta tidak berkomunikasi pada jam malam (tergantung aturan di wajiha anda), maka tidak menjadi masalah meski komunikasi dilakukan secara intens. Namun jika komunikasi sampai larut malam atau tidak jelas apa yang dibahas sehingga membuat ikhwan/akhwat cenderung menunggu-nunggu kabar (sms) dari orang tersebut, atau merasa ada yang kurang jika belum berkomunikasi dalam waktu seharian, maka perlu diwaspadai bahwa kemungkinan ada yang salah dengan pola komunikasinya. Sehingga perlu dilakukan evaluasi dan diatur kembali pola komunikasi yang dilakukan.
          Saya mencoba mengutip tulisan Ridwansyah Yusuf dalam bukunya Analisa Singkat Problematika Dakwah Kampus  , bahwa komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Ada contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat.
Versi 1
Ikhwan           : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ?
Akhwat           : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg-deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !!
Ikhwan            : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapan yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat           : hmhmhm… kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan            : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat           : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum
Ikhwan            : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum
Akhwat           : wa’alaikum salam
Versi 2
Ikhwan            : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk       bahas acara.
Akhwat            : afwan, kebetulan ada quis, gimana kalo besok siang aja?
Ikhwan             : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong  jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum

         Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms  antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di wajiha dakwah kita saja. Perlu adanya leader will  untuk membangun budaya komunikasi yang efesien dan “secukupnya”.
         Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Alangkah baiknya jika salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia-sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
          Ikhwa  akhwat   hanyalah manusia  biasa yang memiliki perasaan dan juga memiliki sisi khilaf.Oleh sebab itu marilah sama –sama untuk terus  muraqabatullah  agar terhindar dari bisikan setan laknattullah.Wahai  ikhwa akhwat  marilah saling menjaga diri dan saudara serta saudiri kita dari fitnah yang sangat di inginkan setan agar  menjerumuskan kita  kelubang dosa.


 Wallahu’alam

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top