Takdir Cinta
oleh Heni Akhwat Damanik
Jantungku berdetak cepat tidak karuan.Sejenak aku mengingat wajah seseorang yang kukenal sedang melewatiku. Tidak mungkin! Gumamku lirih. Ini mimpi atau kenyataan.
“Ada apa Nin?” Lia membuyarkan keteganganku
“Ah gak ada apa-apa li!” Jawabku
“Ayo cepat ntar ketinggalan sholat jama’ah kita” ajak lia
Setelah sholat seperti biasa kami tidak langsung pulang karena ada pengajian dari kak dewi.kali ini kak dewi menyampaikan tema “Perhiasan dunia adalah istri sholeha”.Penyampaian kak dewi jelas dan sangat menambah pengetahuanku tentang agama.
Ketika diperjalan pulang,aku mengingat kembali lelaki yang tadi melewatiku adalah Budi teman sekelasku semenjak SMP dan SMA.Sosok pemuda yang pendiam tapi memiliki charisma tersendiri bagiku.Dia adalah ketua rohis disekolahku dan saat itu aku sebagai sekertaris OSIS.Seingatku Aku dan dia tidak begitu dekat .Entah kenapa sepertinya aku dan dia selalu menjaga jarak,padahal kata teman-temanku aku orangnya mudah bergaul.Tapi ketika ingin berbicara padanya lidahku selalu keluh dan akhirnya selalu aku urungkan niatku. Hingga suatu hari untuk merayakan kelulusan kami melakukan pesta kecil “bakar-bakar ikan” di sekolah bersama guru-guru.Acaranya sungguh membuat gembira sekaligus menyedihkan karena kami harus berpisah untuk meraih cita-cita masing-masing.Ketika hendak pulang seperti biasa aku selalu menuju parkir paling ujung dimana motorku berada.Kulihat budi sedang mengambil motornya yang diparkirkan tepat disamping motorku.Aku terus berjalan menuju motorku dan sejenak kami saling pandang kemudian seperti biasa diam seribu bahasa.
Dalam hati aku berpikir aku harus mencoba untuk menyapanya karena selama 6 tahun kami bersama dalam satu sekolah bahkan satu kelas ,aku dan dia tidak pernah saling berbicara .
“Assalamu’alaikum Nin” sapa nya,
“Wa..laikumsalam” jawabku tergagap,aku sangat terkejut dia menyapaku
“Mau pulang ya?”tanyanya
“Ya..masak mau nginep disini “ jawabku agak bercanda untuk membuyarkan kekakuan kami.
“Ah..kau bisa aja Nin” tergurat senyuman di pipinya
“Nin,kw mau melanjut kemana?”raut wajah penuh tanya
“Sepertinya aku akan kuliah,kalau kaw bud?”
“Aku ingin menjadi tentara nin” lirihnya
“Oh..semoga sukses ya dan semoga dilain hari kita bertemu lagi”
“Ya sama-sama ” jawabnya
“Aku pulang duluan ya,assalamu’alaikum” kataku
“Walaikumsalam” jawabnya
Ya itulah untuk pertama dan terakhir kali aku bicara denganya.Terakhir aku dengar dia bertugas di kalimantan ,itu pun sudah 5 thun lalu dan sejak saat itu aku tidak pernah mendengar kabar nya lagi.Tak kupungkiri ada rasa ketertarikan terhadap sosok tersebut.Setelah 5 tahun tidak bertemu ,rasa itu masih terus bersemai di hati ini .
“Astgfirullah..apa yang sedang kupikirkan,kemungkinan itu hanya khayalan ku yang berharap dia ada disini sekarang” gumamku
######
“Apakah Nina fikir ibu dan ayah akan tenang melihat anak gadisnya terus hidup sendirian tanpa penjagaan dari seorang suami? Kami bukan akan melepaskan tanggungjawab kami sebagai orang tua, tapi itu merupakan tanggungjawab orang tua mencarikan seorang suami yang baik untuk anak gadisnya.”Kata ayah.
“Nina sudah 2 kali menolak pinangan nak..!Ibu mohon untuk yang ini jangan ditolak lagi” seru ibu
“NIna..”Seru ayah setelah melihat aku berdiam diri dan berfikir agak lama.“Percayalah, kami membuat keputusan ini adalah untuk kebaikan nina sebab kami benar-benar terlalu sayang nina.”;
“Ini cincinnya, pakailah.” Ibu meletakkan satu kotak cincin kecil pinangan dari seorang laki-laki di hadapanku yang sama sekali aku tidak kenal. Perasaanku tidak menentu. Apa yang patut aku lakukan sekarang. Sekiranya aku menerima dan setuju dengan keputusan ibu dan ayah menerima pinangannya, berarti aku telah membiarkan cita-citaku semakin kabur. Impian ingin mengabdikan diri mendidik anak bangsa di Indonesia bagian Timur. Dan satu hal yang pasti hati ini telah diisi nama seseorang.Secara tidak sadar aku telah berharap Budi datang meminangku.
Namun sekiranya aku menolak, berarti aku telah melukai hati kedua-dua orang tuaku. Orang tua yang telah banyak berjasa dalam hidupku dan tanpa mereka, aku takkan hadir dan mustahil untuk melihat dunia ini.
“Ahhhhgggg…”Keluhku sendiri. Aku dalam dilema. Yang manakah patut aku utamakan? Perasaan sendiri atau perasaan dan harapan ibu dan ayah. Aku selalu tidak tega bila melibatkan perasaan ibu dan ayah. Aku terlalu takut untuk melukai hati mereka. Aku takut hidupku nanti tidak barakah.
Malam-malam ku penuhi dengan ber munajat kepada sang penggenggam hati ini..!!
“Ya Rabb..malam ini aku bersimpuh dihadapanmu untuk berbicara padamu,apa yang harus kulakukan ya rabb,berilah hambamu yang naïf ini petunjuk ”lirihku , air mata ini mengalir dengan sendirinya
####
“Nin ada apa???kok sekarang aku lihat kau banyak termenung” Tanya lia
“Aku bingung li..!kau kan tau keinginan ayah dan ibu untuk menyuruhku segera menikah” jawabku dengan menatap wajahnya
“Nin sebaiknya kau turuti kemauan ayah dan ibumu,aku yakin mereka mau yang terbaik untukmu” seru Lia dengan memegang tanganku.
“Tapi lia aku..!
“Sudah nin” potongya. “Aku tau semua tentang cita-citamu dan juga cinta monyetmu itu,Tapi kau juga harus realistis nin. Apa kau yakin budi itu jodohmu?apa kau yakin dia juga mencintaimu?Bahkan sampai sekarang kw tidak tau dimana dia? Setidaknya ayah dan ibumu yakin akan laki-laki pilihan mereka.Kalau masalah cinta,itu bisa tumbuh dengan sendirinya nin dan tentang cita-citamu itu,kau masih bisa bicarakan pada laki-laki pilihan orangtuamu itu.”Lanjutnya
“Yang kau bilang benar li, aku memang tidak yakin.Jadi apa yang harus aku lakukan untuk memantapkan hati ini?” jawabku
“Sebaiknya kau istikharah nin..!Memohon lah pada Allah,Dia tau mana yang terbaik untukmu” Seru lia
“makasih ya..!” jawabku
“sama-sama,aku dukung apapun keputusanmu nin.” Jawab lia
#####
“Saya terima nikah dan kawin nya Nina Olivia binti Rahmat Hidayat dengan mas kawin tersebut,tunai” terdengar suara Adit ditengah ketenangan yang menebarkan jantungku.
“Bagaimana Sah?” Kata penghulu
“Sah ,,”kata para saksi dan undangan
“Alhamdulillah,Allahuakbar” gumamku, kemudian kupeluk ibu
“Nina sudah menjadi istri nak,taati suamimu dan jadilah istri sholeha” bisik ibu,Ku anggukkan kepala tetap dalam pelukan ibu dan tanpa kusadari air mata ini mengalir.
“Nina,sini nak..!”suara ayah memanggilku dari balik kain hijab mesjid .Kemudian ibu me lepaskan pelukannya dan menyeka air mataku . Saat itu juga kain hijab itu dibuka,aku dan adit saling pandang ,jantungku berdebar kencang dan nafasku bagaikan terhenti karena untuk pertama kali nya aku melihat dia secara langsung. ketika proses lamaran yang datang hanya orangtua dan keluarganya saja.
“Ya ALLAH yang maha kuasa dan maha mengetahui isi-isi hati hambanya.Ini Takdirku dan aku yang berasal dari tulang rusuknya.Terimakasih ya Rabb..!!Allahuakbar..Allahuakbar” gumamku dalam hati
Kupegang tangan nya lalu kucium dan ia mencium keningku.Kemudian ia berbisik “Selamat datang di hati ku wahai istriku,aku mencintaimu karena cintaku kepada ALLAH”
“Degg..!Jantungku berdebar cepat dan saat itu mataku beradu pandang dengan matanya.Sepertinya mata nya berbicara banyak hal tentang cinta.
0 komentar:
Posting Komentar