Sabtu sore (5/4/2014) aku dan temanku berangkat ke kota Raha
untuk melaksanakan tugas mengisi program “Lesehan Pendidikan” di Radio Wuna
Swara 102.1 fm. Seperti biasanya kami selalu melewati kantor KPU Daerah Raha.
Saat itu dalam hatiku “sudah mendekati
nyoblos ni..!”
Perjalanan dari desa ke kota Raha ini memakan waktu 2 jam
bila menaiki motor dan menjadi 3 jam bila menaiki angkot. Dan angkot kedaerahku hanya sekali
dalam sehari. Berangkat jam 07.00 wita dan pulangnya jam 13.00 wita. Jalan yang sungguh buat badan
pegal semua. Tanah liat dan berdebu serta dikelilingi semak-semak belukar.
Inilah yang menjadi pemandangan ketika ke desaku.
Seminggu sebelum tanggal 9 April 2014, aku mendapat message
di Fb dan Twitter dari teman-teman di Sumut.
Bahwa bagi yang tidak terdaftar di DPT bisa mencoblos hanya dengan
membawa KTP saja. Surat edaran itu aku baca dengan seksama. Dan dalam hati
bergumam “ Alhmadulillah akhirnya bisa
menyoblos disini”. Namun karena aku berpikir hanya datang saja ke TPS dan
membawa KTP sudah bisa nyoblos makanya aku merasa tenang saja.
Namun ketenangan itu terusik pada hari itu. Tepatnya sabtu
pagi aku kerumah PPS untuk mendaftarkan diri menjadi pemilih didaerah tempatku
mengabdi. Namun aku tidak bertemu dengan ketua PPSnya karena beliau lagi rapat
di kecamatan. Akhirnya aku hanya menitipkan KTP. Aku berharap dengan begitu
saja maka aku dapat terdaftar di DPT.
Siangnya aku berangkat ke Raha untuk
melaksanakan amanah biasanya. Setelah sampai di rumah kost tempat kami selama berada di
kota Raha ini. Aku adalah relawan guru dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet
Dhuafa yang ditempatkan di daerah ini dan sudah 4 bulan menjalankan tugas untuk
mencerdaskan anak bangsa. Daerahku mengajar adalah daerah terpencil yang tidak
ada listrik dan sinyal. Sehingga untuk mendapat informasi, aku harus ke Kota
Kabupaten.
Tak lama berselang
handphoneku berbunyi, setelah
berbincang ternyata ketua PPS dan beliau mengatakan untuk menjadi DPT harus ada
surat dari A5 dari KPU Daerah Raha.
Saya :
“Assalamu’alaikum..”
PPS :
“Wassalamu’alaikum, Bu guru kita dimana? (kita artinya dlm bhsa Muna adalah kamu)
Saya : “Di Raha
pak, maaf ini siapa ya?”
PPK : “ Ketua
PPS. Begini gu guru, kita kalau mau
mencoblos harus melapor dulu ke KPU Daerah Raha untuk meminta surat A5
agar KPU Daerah berkoordinasi dengan KPU Medan”
Saya : “Oh..
begitu pak, jadi saya harus bawa apa ke KPU?”
PPK : “kita bawa KTP aja bu guru, tapi KTP kita sama saya disini kan!”
Saya : “Waduh
jadi gimana pak? Saya sudah di Raha pula.
PPK : “ Kita telpon dulu KPU medan, apakah bu
guru terdaftar disana? Besok saya kirim KTP kita
dari angkot. Bu guru ambil di angkot
aja.
Kemudian aku berbicara dengan Feny tentang informasi dari PPK.
Ternyata feny tidak bawa KTP dan dengan semangat 45, minggu (6/4) pagi Feny
pulang ke tempatnya mengabdi untuk mengambil KTP dan juga ke desaku untuk
mengambil surat tugas dari SGI pusat.
Minggu siang tepatnya jam 13.30 wita, feny sudah sampai
kembali di Raha. Sungguh aku melihat perjuangannya bolak balik Momuntu-Tembe –Raha. Subahanallah….Terlihat
jelas begitu lelahnya dia dalam perjalanan menggunakan motor. Namun aku dan
Feny yakin usaha harus terus dilakukan untuk hak suara kami dalam pileg ini.
Keesokan paginya (7/4) aku dan feny pergi ke KPU Daerah Raha
untuk mengkonfirmasi surat A5 yang kami butuhkan. Kemudian kami bertemu dengan
Pak Hajon (Penanggungjawab DPT) dan setelah berbincang dengan beliau. Walaupun
beliau sangat sibuk karena sedang rapat. Ada kecemasan didiriku karena kami
harus memiliki surat domisili dari kelurahan itu pun bisa diambil kalau kami sudah 6bulan berada didaerah ini.
‘’Ya.. ampun ribeeettt amat ini” gumamku dalam hati.
Namun kami menunjukkan surat tugas dari SGI kepada Pak Hajon. Pak Hajon langsung memberikan
harapan kepada kami,
“Semoga bisa ya..
dengan surat tugas ini” ucapnya
“Semoga pak”
jawabku dan feny
“ Mbak-mbak tidak
buru-buru kan? Mau pulang hari ini ke Maginti? Saya harus bertanya dulu dengan
Komisioner yang menangani ini” ujar Pak Hajon
“Tidak pak, kami
kemari khusus untuk hal ini” ucap feny
“Alhamdulillah, kalau
begitu bisa tunggu sebentar. Saya mengurus hal ini dulu ya’’ jawabnya (kembali
rapat).
Selang 30 menit, rapat
Pak Hajon selesai. Kami diajak menemui bu Yuliani untuk hal ini. Setelah
berbincang-bincang dengan beliau. Dan
menjelaskan asal daerah serta tujuan kami. Beliau kemudian berkoordinasi dengan
komisioner lainnya.
“Mbak-mbak bisa
menunggu sebentar? Soalnya Pak Andi, Komisioner yang bertanggungjawab tentang
hal ini lagi keluar untuk mengisi materi. Bagaimanapun saya harus berkoordinasi
dengan beliau tentang bisa atau tidak” ucap bu Yuliani
“ Oh ya bu. Gak
apa-apa. Kami akan tunggu..” jawab kami berdua
Akhirnya setelah 1 jam 30 menit menunggu, kami bertemu
dengan pak Andi. Dari pembicaraan yang kami lakukan, ada begitu banyak alternatif
yang harus kami lakukan. Berhubung kami berasal
dari Provinsi berbeda dan sudah terdaftar di DPT daerah asal. Kami harus
meminta surat A5 dari daerah asal. Bisa dari Fax atau lewat email tapi kami
harus meminta bantuan KPU daerah asal.
“Alhamdulillah”
gumamku dalam hati. Bersyukur karena kami masih bisa mencoblos. Berkali-kali kami mengucapkan terimakasih
kepada Pak Hajon, Bu Yuliani dan Pak Andi. Walau mereka merupakan orang-orang
tertinggi di KPU Daerah ini. Mereka tetap peduli, ramah dan penuh dengan
candaan yang membuat kami tertawa sehingga membuat kami yang awalnya sudah
hampir jenuh karena menunggu dari pagi hingga jam 2 siang baru dapat solusi mejadi tenang dan senang.
Setelah dari KPU, aku berpikir jalan pertama selesai dan
menuju jalan berikutnya yakni siapa yang aku minta bantuan untuk mengurus surat
itu dan mengirimnya melalui email. Dikampung sudah tidak ada teman sebaya,
saudara sepupu juga sudah di kota semua. Kampung terletak di Kec Bosar Maligas,
Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Dari kota Medan dapat ditempuh selama 3 jam 30
menit menaiki motor dan 5 jam naik bus.
Dan satu-satunya harapanku adalah Ibu dan adekku yang di
Medan. Ibuku tinggal sendiri dikampung. Dan tentunya masalah internet ia tidak
tau sama sekali. Naik sepeda atau motor saja ia tidak bisa. Namun ini jalan
terakhir. Aku langsung menelpon ibuku di kampung. Dan meminta bantuannya untuk
mengurus surat A5 dari PPS desaku.
“Assalamu’alaikum
mak..” ucapku
“Walaikumsalam.. ada apa Ni” jawabnya
“ Mak apa kabar? Lagi
dimana? Mak surat pemilih heni uda ada? Tanyaku
“Alhamdulillah baik.
Lagi dirumah uwakmu. Uda dirumah tu. Kita TPS 04, Emang knpa?” jawabnya
“Heni boleh minta
tolong?” Pintaku
“Apa?” Jawabnya penuh penasaran
“Gini mak, heni kan
mau nyoblos disini tapi heni harus dapat surat A5 dari ketua PPS dikampung. Mamak bisa bantu gak minta kan
suratnya? Ntar yang ngirim melalui internet
adek” tuturku dengan penuh harap
“Oh.. tapi sama siapa
mamak minta suratnya?’’ jawabnya
“ Sama ketua PPSnya.
Mamak tanya aja sama Pak Desa atau ketua TPS 04” ucapku dengan semangat
“Ya.. tapi nanti ya soalnya lagi mau sholat berjama’ah” tuturnya
“Ya.. makasih ya mak.
Assalamu’alaikum’’ ucapku dengan senyum mengembang
“walaikumsalam..”
jawabnya
“Alhamdulillah”
ucapku lirih. Ada rasa tenang dihatiku dan bersyukur karena Allah memberikan
Ibu yang luar biasa kepadaku. Kemudian
aku pun menelpon adekku.
“Assalamu’alaikum
dek..” ucapku
“Walaikumsalam.. ada apa kak?” jawabnya
“ Adek apa kabar? Nyobloskan? Kapan pulang
kekampung? Tuturku dengan cepat
“Alhamdulillah baik.
Ya…., besok (8/4) sore. Emang knpa?” Tanyanya dengan penasaran
“ Kakak boleh minta
tolong?” ucapku
“Apa?” jawabnya
“Kakak kan mau nyoblos
disini tapi kakak harus minta surat A5 dari daerah asal. Tadi kakak uda nelpon
mamak unuk mengurus suratnya.Tapi surat itu harus di kirim lewat email.
Sedangkan mamak kan ndak bisa. Makanya kakak minta tolong sama adek untuk
ngirimnya. Adek pulanglah hari ini.. biar keburu ngirimnya.” Pintaku dengan
suara memelas
“Aih kak kerjaanku banyak lo..! Gak bisa kalau sore ini. Bisanya besok
pagi” jawabnya dengan nada males
“ Oh ya gak apa-apa
tapi adek pulangnya ba’da subuh ya.. biar gak kelamaan ngirimnya”
ucapku
“ InsyaAllah…”
jawabnya dengan suara santai
“Ingat ya dek, kakak
mohon bantuannya. Satu suara kakak menentukan
5 tahun kedepan bangsa ini dan tentunya
diri kakak juga” nasehatku
“Iya..iya aku tau kak. Tapi kakak harus ingat yang
mendampingi 5 tahun kedepan bahkan
sampai tua itu suami kakak. Makanya cepat menikah…” ucapnya dengan tegas
“He..he… kalau itu
nanti dipikirkan. InsyaAllah kalau sudah Pileg dan kalau jodohnya sudah datang”
jawabku dengan tertawa
“Ya uda.. makasih ya dek. Assalamu’alaikum’’
tambahku
“Walaikumsalam..”
jawabnya
Sungguh lega hatiku untuk hari ini karena semua urusan sudah
hampir selesai. Aku hanya bisa berharap kepada Ibu dan adekku untuk besok. Feny
juga seperti itu, ia menghubungi keluarganya untuk membantu mendapatkan surat
A5. Tepat jam 16.00 Wita sedangkan jika di Medan jam 15.00 Wib.
Ibuku menelpon..
“Assalamu’alaikum
mak..” ucapku
“Walaikumsalam.. ”
jawabnya
“Apo mak?” tanyaku
“Ni.. kata lek Budiono
(ketua TPS 04) minta surat A5nya sama ketua PPS” jawabnya
“Emang siapa ketua
PPSnya?” tanyaku
“ Rianto, suaminya kak
Win” jawabnya
“Oh.. ya uda heni
minta tolong kali mak, mamak kerumah abang tu” pintaku
“Mamak tadi uda
kerumah Jon, katanya Rianto lagi belanja minyak ke Perdagangan. Terus tadi
mamak juga uda kerumah Lek Iyus (Kepala Desa), katanya gak usah repot buat
surat itu, kan bisa pake KTP aja” tuturnya
“ Ndak bisa mak, heni
kan uda ke KPUnya. Kalau masih satu daerah, itu bisa mak tapi masalahnya heni kan
sudah beda provinsi. Tolong ya mak…!” jawabku dengan memelas
“ Gak usah nyoblos aja
napa Ni..!! Mamak capek kali keliling kampung ini. Gak ada yang antar mamak,,!
Mamak jalan ke rumah mereka. Uda jauh-jauh lagi” pinta ibuku
“Ya Allah mak.. maafkan heni ya. Tapi kan satu
suara itu penting mak, heni disini Guru.
Heni selalu mengajarkan untuk tidak
golput. Dan selalu mengajak masyarakat di sekitar sekolah untuk nyoblos. Tapi heni kok gak nyoblos. Itu sama
aja heni BOHONGkan mak” ucapku
“Oh gitu ya.., heni
guru ya sekarang” jawab ibuku dengan tertawa
“ Iyalah mak. He,,he,,” tuturku
“InsyaAllah nanti
malam mamak kerumah Rianto. Sekarang uda sore mamak mau kerumah nenek”
ucapnya
“ Ok.. Makasih ya mak…
makasih. Mamak emang luar biasa.. makasih mak! Jawabku
“iya..iya…iya.. jaga
diri disana. Assalamu’alaikum” tutupnya
“Walaikumsalam..”
jawabku
Ku terdiam dan
beristigfar membuat ibuku menjadi sangat repot karena permohonanku. Ya Rabb..
ampunkan dosaku..
Pagi ini (8/4) jam
07.00 Wita aku mendapat kabar bahwa surat A5 telah selesai dan tinggal menunggu
adikku datang untuk mengirimnya ke email KPU Daerah Muna.
“Ni.. suratnya uda
selesai” ucap ibuku dari saluran handphone
“Alhamdulillah,
makasih. Mamak emang mantap dan luar biasa. Heni bangga jadi anak mamak. Mamak emang mantap markotop lah…!”
jawabku dengan tertawa
“Ya nak.. ini kan
kewajiban mamak membantu anaknya untuk Negeri ini juga kan. Tapi jangan lupa
pulang ya lebaran ini..!’’ Pintanya
“InsyaAllah mak… Heni sayang sama mamak. Eh mamak nyoblos partai
apa ni?” tanyaku
“ Mamak juga sayang
heni. Tapi yang heni bilang kemaren. Mamak juga lihat calonnya sholeh dan
sering buat kegiatan baksos disini” jawabnya dengan antusias
“ Wah.. kalau gitu
angkat 4 jempol untuk mamakku ini. Bisa jadi caleg ini kayaknya. He..he..” candaku
“Mana pula bisa. Ya
uda mamak lagi nunggu adekmu Andi,
katanya dia uda di Tanjung Kasau (1 jam lagi dari kampungku)” jawabnya
dengan tertawa pula
“Oh adek uda mau sampe
ya.. Alhamdulillah. Ya uda makasih ya mak.. Assalamu’alaikum” ucapku
“Walaikumsalam”
suaranya dari balik Handphone
Sungguh aku memiliki keluarga yang sangat peduli akan
pemilu. Ibuku notabene yang tidak berkependidikan. Ia sekolah hanya batas kelas
3 SD. Karena biaya dan membantu nenekku untuk mencari nafkah. Padahal ia sangat
ingin sekolah saat itu. Namun keadaan berbicara lain terpaksa ia merelakan
untuk tidak sekolah.
Saudara-saudaraku tiada maksud apa-apa dari tulisan ini. Aku
hanya ingin mengajak engkau yang berpikir bahwa GOLPUT itu solusi. Cobalah
untuk berpikir ulang bahwa kita dalam system demokrasi, hak suara itu harus
kita manfaatkan benar. Kendala jarak atau apapun itu bisa di cari solusinya
bila kita ingin bangsa ini dipenuhi kebaikan.
Kebaikan itu tidak akan muncul bila kita hanya diam, diam,
dan DIAM. Kemaren aku membaca tweet dari @aa_gym yang menurutku sangat cocok
untuk engkau saudaraku yang memilih GOLPUT.
@aa_gym: Ali bin Abi
Thalib “ Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat.
Tapi karena DIAMNYA ORANG BAIK”
Lihatlah ibuku, seorang wanita berumur 55 tahun. Ia saja
mencoblos apalagi kita yang muda-muda ini. Sembari aku menulis cerita ini. Adikku Andi
sudah mengirimkan surat A5 ke email KPU Daerah Raha tepat pukul 13.00
Wita. Alhamdulillah.. akhirnya aku bisa
memberikan hak suaraku disini. Semoga pengorbanan Ibu dan adikku memberikan
pahala untuk mereka dan kebaikan untuk bangsa ini.
Ayo semangat MENCOBLOS…
Gunakan hak suaramu untuk Negeri ini..
Heni Akhwat Damanik
mantapks..
BalasHapusharu dan lucu,,semoga Allah menjaga mu..
he..he.. syukron ukh...
BalasHapusSubhanallah... harus bilang WOW untuk perjuangannya...
BalasHapusSemoga bisa menjadi guru sekaligus tauladan yang baik bagi anak-anak didiknya... (h)